Bangkinang - Menanggapi pemberitaan dan opini yang menyebut adanya disharmoni antara Bupati dan Wakil Bupati Kampar pasca Pilkada 2024, Ketua Fraksi NasDem DPRD Kabupaten Kampar, Eko Sutrisno, menegaskan bahwa narasi tersebut berlebihan dan cenderung tendensius. Dalam keterangan persnya kepada media, Eko menyayangkan opini publik yang justru dapat memperkeruh upaya rekonsiliasi dan konsolidasi pembangunan yang sedang dilakukan pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Ahmad Yuzar dan Misharti.
“Saya kira kita semua paham bahwa Pilkada telah usai. Yang kita butuhkan hari ini adalah kerja bersama, bukan memperpanjang perpecahan lama yang tidak membawa manfaat apa pun bagi masyarakat Kampar,” tegas Eko.
Menurut Eko, pernyataan Bupati Ahmad Yuzar dalam pidato paripurna di DPRD pada 3 Maret 2025 justru sangat jelas, lugas, dan patut diapresiasi. Kalimat “Pilkada telah usai, kini saatnya kita bersama-sama membangun Kabupaten Kampar” harus dimaknai sebagai undangan terbuka untuk merajut kembali tenun kebersamaan, bukan ditafsirkan sebagai penyangkalan terhadap realitas politik.
“Makna Kampar di Hati adalah inklusivitas. Tidak ada tempat bagi dendam, apalagi stigmatisasi. Ini bukan soal siapa mendukung siapa kemarin. Ini soal siapa yang mau bekerja hari ini untuk Kampar esok,” tambahnya.
Soal Polarisasi ASN: Bukti atau Hanya Bisik-Bisik Politik?
Eko juga mempertanyakan tudingan bahwa telah terjadi polarisasi di tubuh ASN. Menurutnya, jika memang ada oknum pejabat yang masih menggunakan label “orang Repol” atau “orang Yuyun” untuk mendiskreditkan kolega, maka itu adalah tindakan pribadi yang menyimpang dari arahan Bupati, dan tidak bisa digeneralisasi sebagai kebijakan pemerintah daerah.
“Kalau ada satu-dua oknum yang bermain politik identitas pasca Pilkada, ya laporkan. Tapi jangan langsung menyimpulkan bahwa pemerintah daerah memelihara polarisasi. Itu tidak adil,” ujarnya.
Membangun Kampar Butuh Kepercayaan, Bukan Kecurigaan
Fraksi NasDem menilai bahwa saat ini Bupati dan Wakil Bupati justru sedang membangun pondasi kebijakan secara sinergis. Banyak program yang melibatkan kolaborasi lintas sektor sedang dirancang untuk menjawab kebutuhan dasar masyarakat seperti infrastruktur desa, reformasi pelayanan publik, hingga revitalisasi adat dan budaya.
“Ahmad Yuzar dan Misharti adalah simbol rekonsiliasi politik. Mereka berdua datang dari latar yang berbeda, tapi hari ini mereka memimpin bersama. Ini bukti nyata bahwa Kampar di Hati bukan sekadar slogan, tapi fondasi moral kepemimpinan,” tutup Eko.
Dalam semangat itulah, Fraksi NasDem mengajak seluruh tokoh masyarakat, ASN, politisi lintas partai, dan elemen masyarakat sipil untuk tidak terus-menerus menyeret masa lalu ke ruang publik, tetapi mengawal masa depan Kampar dengan kritis, objektif, dan konstruktif (team)